Kredibilitas Media Online


Oleh Dita Fitri Alverina

Sebagaimana yang dilihat, perkembangan media di masyarakat, bahwa media baru yang dirasakan amat bermanfaat dan memiliki masa depan menjanjikan adalah media interaktif dan media jaringan. Kedua media ini telah merubah peradaban umat manusia terutama paradigma interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Paling tidak ada dua hal yang menandai perubahan paradigma diatas,

Pertama, adalah media sebagaimana disebutkan Mcluhan adalah pesan itu sendiri, telah berubah menjadi subjek komunikasi yang sangat interaktif, dimana media telah menjadi sehabat baru manusia.

Kedua, interaksi manusia melalui media jaringan telah menciptakan ruang baru bagi kehidupan manusia yang disebut dengan cybercommunity yaitu sebuah “kehidupan” masyarakat manusia yang tidak dapat secara langsung diindera melalui (seluruh) penginderaan manusia, namun dapat dirasakan dan disaksikan sebagai realitas.

Ilustrasi Media Online (google.com)
Manusia memiliki kemampuan untuk memilih media mana yang cocok untuk berkomunikasi dalam berbagai konteks. Hal ini disebut juga Media Choice. Media Choice adalah saat dimana kita mengakui bahwa ketika kita berkomunikasi, kita memiliki banyak sekali variasi media yang tersedia dan pilihan kita mencerminkan banyak variabel. Begitu pula ketika kita memilih media untuk mengetahui suatu informasi, apakah dari media cetak, elektronik, atau online. 

Kebanyakan dari kita mengakui bahwa suatu berita yang sesuai dengan fakta dan data di lapangan termasuk dalam berita yang faktual dan dapat dipertanggungjawabkan. Sekarang bagaimana dengan jenis media yang menyampaikan atau melaporkan atau memuat atau memposting suatu informasi dapat dipercaya kebenaran isinya oleh khalayak pembaca. 

Kredibilitas berkaitan dengan persepsi khalayak tentang keefektifan seseorang atau lembaga sebagai penyampai pesan (sumber pesan). Demikian halnya dengan media, ia harus memperhitungkan kredibilitas medianya di mata khalayak bila ingin pesan-pesan yang disampaikannya diterima khalayak. 

Media online sering dipertanyakan kredibilitasnya dalam menyampaikan suatu informasi. Karena dalam media online siapa saja dapat menulis dan memposting serta mempublikasikan tulisannya ke seluruh penjuru dunia yang memiliki jaringan internet (konektivitas), proses pengelolaan informasi tersebut hampir sama dengan proses kerja jurnalistik. 

Tapi mereka yang menulis di media online tidak harus semua memiliki kemampuan di bidang jurnalistik, bahkan orang biasa pun dapat mempublikasikan informasi kepada khalayak lewat media online. Inilah salah satu penyebab kredibilitas media online sering diragukan.

Selain itu, kebanyakan wartawan media online yang mencari berita selalu mengutamakan kecepatan (immediacy)dibandingkan isi berita yang ditulis apakah sudah sesuai dengan teknik penulisan, kode etik penulisan berita dan kode etik jurnalistik, sehingga berita tersebut bagus, objektif, dan enak dibaca. Hal ini yang menyebabkan menurunnya kredibilitas berita yang dipublikasikan. 

Wartawan media online juga dituntut untuk menyampaikan berita secara ringkas (Brevity) dan dapat dipindai (Scannability) sesuai dengan karakteristik media online, mengakibatkan tidak terlalu mengikuti teknik penulisan berita seperti pada media cetak yang lengkap dan cenderung serius.

Sebagian besar wartawan yang disurvei dalam penelitian Pew Research Center (2004) mengatakan internet telah meningkatkan jumlah informasi yang salah. Arant dan Anderson (2001) bahkan menemukan hampir setengah editor media online mengaku punya sedikit waktu untuk memverifikasi informasi sebelum berita itu diposting. (Asep Syamsul. M Romli2012: 37)

Proses panjang dalam membuat suatu berita yang dilalui media cetak menjadikan berita yang disampaikan lebih dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan karena setelah berita itu jadi ada proses penyuntingan dan check and re-check, artinya mengkonfirmasi ulang seperti data dan pernyataan narasumber yang didapatkan. Penggunaan bahasa jurnalistik juga sangat diberlakukan termasuk penggunaan kata yang sesuai dengan Ejaan Yang telah Disempurnakan (EYD). 

Tetapi hal ini juga berdampak positif, dengan hadirnya internet, termasuk media online  kebutuhan akan pers bertanggung jawab makin meningkat, bukannya berkurang. Sementara buletin, chat room, dan forum yang lainnya telah membuat sesuatu yang sebelumnya merupakan percakapan pribadi menjadi bagian dari wacana publik. (Dita Fitri Alverina/Jurnalistik 6-A/2011)***


Referensi:

Asep Syamsul. M Romli,2012, Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media Online,Bandung: Penerbit Nuansa Cendikia Bandung; onlinejournalismblog.com; ojr.og

Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, 2001, The Elements of Journalism:
What Newspeople Should Know and the Public Should Expect
(Sembilan Elemen Jurnalistik), Jakarta: Pantau 

Tjutju Tjuarna, Paper tentang “Dimensi Teoritis Kampanye”