Yanhagel, Dulu Hingga Sekarang Tetap Diminati (Seorang Pekerja Dibalik Pembuatan Kue Kering Yanhagel)

Kata Yanhagel mungkin terdengar asing di telinga kita, yanhagel merupakan salah satu kue kering yang memiliki rasa unik dan berbeda dengan kue kering lainnya. Asal mula kata Yanhagel ini diambil dari bahasa Belanda, yaitu Janhagel. Kue kering ini merupakan salah satu kue warisan nenek-nenek kita sedari dulu. Zaman dulu, saat minum teh atau kopi, kue ini menjadi teman yang pas sebagai cemilan mengenyangkan. 
 
Seorang pembuat kue yanhagel, membagi ceritanya ketika proses pembuatan kue. Ibu Anita Mulyawati, berusia 44 tahun yang juga seorang ibu rumah tangga, sudah menggeluti dunia kue kering sejak 2007 lalu. Saat di temui di kediamannya pada Minggu,(09/02) di Jalan Saluyu Indah XVII, Riung Bandung,  kebetulan proses pembuatan sedang berlangsung.



  
Yanhagel merupakan kue yang sudah ada sejak dulu, hanya saja yanhagel yang Anita buat sekarang mengalami perubahan resep. Anita merupakan satu-satunya pekerja dalam pembuatan kue kering yanhagel. Sedangkan pemilik usaha kue rumahan ini adalah Elly, kebetulan saat itu beliau sedang tidak ada di tempat. 

Dengan izin dari Elly, Anita menjelaskan, “Dulu kita mengenal kue yanhagel dengan taburan kacang tanah atau kenari dan gula di atasnya, sedangkan untuk bentuknya dipotong memanjang, menyerupai persegi panjang, tapi yang dibuat disini berbeda.” Ungkapnya sambil memperlihatkan setoples kue yanhagel. 

Perubahan resep yang dilakukan Elly menjadikan kue yanhagel buatannya sangat diminati oleh penikmat kue kering. Resep yang diubah itu, menurut penuturan Anita adalah penggantian kacang tanah dengan kacang mede, selain itu taburan gula diganti oleh keju parut, serta perubahan baik itu penambahan atau pengurangan takaran pada bahan-bahan pembuatan lainnya. 

Anita memaparkan secara umum, bagaimana proses pembuatan kue yanhagel. Bahan utamanya yaitu, gula pasir, mentega, susu, butter, telur, dan terigu. “Semua bahan di campur rata, lalu dicetak mengikuti bentuk loyang, setelah itu olesi dengan telur dan taburi oleh kacang mete serta keju parut, terakhir di bakar dalam oven.” Ujar Anita.

Pemilik usaha ini, Elly merupakan teman kerja suami Anita. Awalnya proses pembuatan kue yanhagel ini bertempat di rumah Elly, ketika akan melakukan proses pembuatan Anita harus datang ke Margahayu, meskipun tidak tiap hari. Akhirnya sejak 2009 semua alat yang digunakan dipindah ke rumah Anita, di Riung Bandung. “Karena saat itu, Saya masih punya anak kecil sehingga kasihan sering ditinggal, jarak tempuh juga jauh, dan biasanya beres mengolah sampai memasukan ke toples hingga jam 5 sore.” Ungkapnya.

Sekarang setelah proses pindah ke rumahnya sendiri, Anita menjadi lebih repot lagi, Anita menambahkan, “Anak-anak Saya sering membantu jika mereka ada d rumah, selain itu bisa ada waktu masak buat keluarga juga, kalau dulu mah, masak juga ga bisa karena udah sore pulangnya.” Tegasnya sambil tersenyum. 

Dalam seminggu, Anita bisa membuat 48 toples kue yanhagel. Sekali proses dalam sehari bisa menghasilkan satu lusin toples. Setelah dua lusin, Anita diantar oleh suaminya mengirimkan toples-toples kue itu ke rumah Elly, selanjutnya oleh Elly-lah diantar ke toko kue prima rasa. Harga jual per toples Rp.50.000,-, kue yanhagel ini hanya tersedia dan dijual di toko kue prima rasa, “Hanya ada di toko prima rasa yang berada di Jalan Kemuning saja.” Ujar Anita menegaskan. 

Sedangkan oleh pihak toko dijual seharga Rp.65.000,- tiap toples. Banyak peminat kue ini yang datang dari luar kota Bandung, mereka adalah pelanggan tetap yang sudah tahu kenikmatan kue yanhagel. Setiap akhir pekan, menjelang libur nasional, atau libur-libur panjang, banyak pesanan dari toko. Oleh sebab itu, Anita sering kewalahan untuk memenuhinya. Pemilik usaha mungkin tidak mengetahui bagaimana repotnya Anita jika harus setiap hari membuat kue.“Mulai dari pagi, sekitar pukul 08.00 udah mulai mengolah dan beres-beres sampai jam 5 sorean, lumayan kewalahan kalau ngerjain sendiri mah.” Ujar Anita.

Seperti saat bulan ramadhan, hampir setiap hari Anita membuat kue, “Bahkan sempat lebaran kemarin, Saya masih membuat kue pas dua hari sebelum hari raya Idul Fitri, untung Bu Elly mengatakan pada pihak toko bahwa pekerjanya harus pulang kampung, kalau tidak mereka pasti terus minta kuenya diantarkan.” Ujarnya 

Sekarang menjelang musim libur anak-anak, libur hari raya natal dan tahun baru, pesanan meningkat hingga dua kali lipat. Apa yang dikerjakan Anita sebenarnya tidak sampai memenuhi keinginan pihak toko. Setelah dikirim, mereka selalu meminta dibuatkan lagi. Meskipun seperti itu, Elly tidak pernah memaksa Anita untuk memenuhi semua permintaan toko, karena Dia tahu bahwa Anita sudah berusaha semampunya. 

Masalah keuntungan, Anita tidak mengetahui karena dirinya hanya sebagai pekerja. Sedangkan pemilik modal dan usaha adalah Elly, Elly juga yang melakukan transaksi dengan toko kue. Tugas Anita hanya membeli bahan-bahan, mengolahnya, lalu mengantarkan ke rumah Elly. 

Dengan upah Rp.30.000,-, Anita di bayar tiap menyelesaikan satu lusin kue yanhagel. Jika dilihat dari pekerjaannya mungkin tidak sesuai dengan upah yang diberikan, padahal membuat kue ini perlu menguasai tekniknya karena tidak semua orang bisa. Tetapi Anita menegaskan, “Alhamdulillah, buat nambah-nambah penghasilan, anak saya 3 semua masih sekolah, kalau mengandalkan gaji suami tidak cukup, rezeki mah sudah ada yang ngatur, selain itu Ibu Elly juga sering memberi bahan makanan tiap Saya mengantarkan kue, seperti minyak goreng, kecap, dan makanan-makanan ringan.” Ungkapnya.

Menurut Anita, kendala dari usaha ini adalah kurangnya tenaga kerja dan teknik pemasarannya. Sedangkan kendala saat proses, Anita mengungkapkan jika sedang dibakar dirinya sering lupa sambil mengerjakan hal lain, ternyata kuenya sedikit hangus dan tidak bisa dimasukkan dalam toples. Sedikit apapun masalahnya, Anita selalu mengatakan itu pada Elly. 

Sejak dulu Anita memiliki keiinginan untuk membuka usaha sendiri, dengan basic dirinya pernah bekerja di salah satu toko kue dan roti saat masih muda dulu. “Iya, pinginnya sih bikin usaha sendiri, biar untungnya buat sendiri juga, cuman masih takut, pemasarannya juga belum jelas, tapi udah ada ide,  mau usaha kue lagi karena saya senang dengan bidang ini.” Kata Anita. Keinginan memiliki usaha sendiri juga didorong oleh keadaan, bahwa suaminya tahun depan sudah pensiun sehingga satu-satunya jalan adalah berbisnis. (Dita F.A)



Related Post



Kang Rozak mengatakan...

Wihhh bagus .. dita kenapa komentar d blog saye dihapus hehe

Unknown mengatakan...

apanya yang bagus? iya ituteh akunya belum masuk ke email jadi ga ada namanya,,
hahaha

Posting Komentar